Dalam mengadaptasi buku best seller KETIKA CINTA BERTASBIH kelayar
lebar, pihak Sinemart Pictures benar-benar menunjkkan keseriusannya,
hal ini diperlihatkan dengan keberangkatan rombongan Sinemart bersama
sang Penulis Habiburrahman, Sutradara Chaerul Umam, Penulis
SkenarioImam Tantowi, dll ke Mesir untuk hunting lokasi 16 s/d 26 April
2008 ini. Tujunan hunting ini sendiri jelas agar dalam pembuatan
filmnya nanti beanr-benar mendapatkan suasana yang tergambar di dalam
Novelnya tersebut, dimana dibuku 1KCB ini memang keselurahannya
bercerita di Mesir.
Selain hunting lokasi yang perlu juga dicari adalah mencari production house
(PH)lokal untuk diajak bekerja sama, lalu melobi pemerintah setempat
perihal izin syuting. Karena rencananya lokasi syutingnya banyak
ditempat-tempat yang memang selama ini sulit mendapatkan izinnya
seperti Kampus Al-Azhar Cairo, bibir pantai Alexandria, pasar
Tradisional, flat mahasiswa Indonesia, hingga Hotel LeMeridien (kini
menjadi Grand Hyatt).
Soal izin,pemerintah Mesir memang cukup cerewet. Tidak sembarang
tempat boleh difoto, apalagi difilmkan. Bahkan, saat tiba di Cairo
International Airport pun kru film KCB sedikit mendapat kendala karena membawa kamera video.
Untungnya, angin positif diterima tim saat beraudiensi ke Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) Cairo di Garden City, Cairo, Rabu malam
(16/4) atau sekitar pukul 15.30 waktu setempat. Dubes Abdurrahman
Mohammad Fachrir menyambut positif keinginan tim untuk melakukan
syuting di Mesir. Termasuk mengizinkan untuk nantinya syuting di
Kedutaan karena dalam ceritanya salah satu tokohnya Eliyana memang
adalah anak seorang Duta Besar. Gedung Kedubes RI yang putih bersih ini
sendiri memang kelihatan beda dibanding dengan sebagian besar
gedung-gedung di Kairo yang berwarna senada dengan pasir karena Kairo
memang sering diterpa angin debu.
Hal ini ditunjukkan dengan Pihak KBRI mendampingi tim dalam
pertemuan dengan Lembaga Sensor Film,Rumah Produksi, maupun saat
bertemu dengan pengusaha perfilman setempat. ”
Ternyata Sambutan positif itu datang dari beberapa instansi penting
Cairo yang berkewenangan untuk memberikan izin serta koridor syarat
yang harus dipenuhi oleh tim produksi KCB.
Kamis (17/04) silam, project officer Dani Sapawie, sutradara Chaerul Umam,aktor/konsultan KCB
di Mesir UmarLubis, beserta staf KBRI Cairo bidang Informasi, Sosial,
dan Kebudayaan Danang Waskito diterima langsung oleh Manager of Foreign
Film Censorship Cairo ManalKamal El Din di kawasan Giza.
Selain memberikan dukungan penuh, Manal juga berharap agar syuting KCB dapat
segera terealisasi. Utamanya, ia memberikan informasi terkait prosedur
yang harus dilakukan untuk memproduksi sebuah film layar lebar di negri
para Nabi itu.
Beberapa kaidah yang diminta adalah skenario yang terlebih dahulu di sunting ke bahasa Arab untuk di-screening, juga persetujuan dari instansi pemerintah Mesir lainnya seperti Departemen Dalam Negeri.
Dukungan ini tentu saja membawa angin positif bagi tim KCB. ”Kami semakin optimistis. Ternyata tidak sesulit yang diduga sebelumnya,” ujar Dani Sapawie.”Dukungan ini kami dapat karena KCB bakal mengungkap berbagai hal positif tentang Mesir dan Indonesia,” ia menambahkan.
Danang Waskito sendiri mengungkap bahwa pihaknya akan terus membantu
menyertai tim sesuai dengan kerangka kebijakan dan kewenangan KBRI
Cairo. Karena kelancaran ini, bahkan agenda yang dijadwalkan selama dua
hari dimampatkan jadi sehari saja.
Agenda itu, antara lain melihat peralatan syuting di Industrial
Video Cassette Center di kawasan Pyramid Street, bertemu dengan Mamdouh
El-Leithy, chairman of Egyptian Cinematographics, serta mendatangi
Egyptian Media Production City (EMPC), yang merupakan pusat fasilitas
produksi film dan televisi terbesar ketiga di dunia setelah Hollywood
dan India.
EMPC terletak di 6th ofOctober City, sekitar 30 km disebelah barat Cairo atau 10 km dari PiramidaGiza. Studio ini disebut the Hollywoodf rom the East karena kelengkapan fasilitasnya. Luas EMPC mencapai 3 juta meter persegi dan membutuhkan waktu 10 tahun untuk membuatnya.
Butuh sekitar USD400 juta untuk membangun 15 studio outdoor dengan
berbagai tema yang bisa dirubah sesuai kebutuhan syuting. Disana ada
replika sudut-sudut kota Cairo seperti Garden City, pasar Khan Khalili,
beberapa bagian kota Alexandria, Luxor,set era Mesir Kuno lengkap
dengan piramida dan Sphinx, set hutan, set area militer, pedesaan, dan
lainnya.
Tim KCB mengaku terkesan saat berkeliling di studio outdoor EMPC yang jugad ijadikan wisata turis itu. Terutama, ketika menemukan setting yang pas seperti replika sekolah Al-Azhar hingga pasar KhanKhalili yang memang menjadi kebutuhan syuting.
Sebelum ke Studio ini Tim artistik film KCB yang dipimpin El
Badrunjuga sudah mulai hunting ke flat-flat mahsiswa asal asia tenggara
yanga da di Kairo. Mulai dari flat murah-sedang seharga 600-800 pound
Egypt yang setara dengan Rp1 juta-1,2 Juta yang merupakan setting
tempat tinggal tokoh utama KCB Khairul Azzam yang dalam ceritanya
merupakan seorang mahasiswa yang nyambi kerja membuat tempe dan bakso
untuk membiayai keluarganya di Indonesia,sampai dengan Flat yang cukup
mewah yang disewa tokoh lainnya Anna Althafunnisa dan kawan kawan.
Fokus utama sang penata artistic ke Mesir ini memang untuk
mendapatkan keindahan eksterior Kairo yang sangat sulit ditiru. Untuk
Tim berlanjut hunting ke Universitas Al Azhar yang memang sebagian
besar tokoh dalam cerita ini berkuliah di Universitas Islam tertua ini,
Walaupun suhu di Kairo kadang-kadang bisa mencapai 42 derajat di
saat peralihan musim ini tim hunting tetap bersemangat melakukan
pengejaran lokasi ke pasar Khan Al Kalili dan Sayyeda Zaenab untuk
mendapatkan gambaran suasana pasar di Kairo yang juga merupakan salah
satu setting adegan dimana sang tokoh Khairul Azzam biasa berbelanja
kedele dan daging untuk membuat tempe dan Bakso. Didekat pasar Khan Al
Khalili ini juga terdapat toko buku Dar Al Salam yang sering didatangi
mahasiswa-mahasiswa untuk membeli Muqarar (bahan kuliah).
Kegiatan hunting ini makin menarik ketika pencarian sampai ke
pinggiran sungai Nil yang sangat menakjubkan. Sepanjang pinggiran sungi
Nil terdapat taman-taman yang sangat rindang dan indah, apalagi diwaktu
malam ditambah dengan kilauan lampu-lampu dari jembatan Nil dan
perahu-perahu yang berlayar membawa turis serta restaurant-restaurant
yang terapung.. Yang terpenting disini adalah hotel LeMeridian yang
sekarang berganti jadi Grand Hyat , salah satu lokasi yang juga
merupakan tempat penting dalam cerita ketika Furqan menginap ketika
mempersiapkan diri untuk maju dalam sidang tesis S2 nya.
Hunting lokasi tim Film KCB diMesir sekarang berlanjut ke kota
Alexandria,yang berjarak sekitar 225 kilometer dari Kairo. Kota ini
cukup penting penggambaran keindahan Mesir didalam Novel. Dimana dikota
ini Azzam pertama kali ketemu dengan Ellyana putri sang Duta Besar.
Perjalanan Kairo-Alexandria ditempuh lebih kurang tiga jam. Kalau
malam bisa lebih cepat. Sebab di siang hari ada batas kecepatan dibawah
100 km/jam yang dipantau oleh radar.
Jalanan lebar menuju Alexandria cenderung sepi. Sejauh mata
memandang hanyalah ada hamparan pasir tandus berwarna coklat muda, dan
sekali-sekali diselingi dengan hijau nyatumbuhan dari
perkebunan-perkebunan seperti kurma, anggur dll.
Pemandangan Kota Alexandria memang indah, memasuki kota kita
langsung disajikan pemandangan laut Mediterrania dikiri kita, dan
dikanannya berderet gedung-gedung bergaya eropa.
Antara lain,memilih dan memilah-milah tempat mana saja yang cocok
untuk dijadikan syuting. Beberapa diantaranya adalah halaman hotel
Helnan Palestine di kawasan taman Montazah yang rencananya akan dibuat
syuting pesta dengan para dubes.
Ada beberapa adegan yang akan disyut di Alexandria ini. Memang tidak banyak, tapi adegan-adegan ini yang menjadi kunci bahwa KCB memang benar-benar di syut di Alexandria, yang terkenal dengan keindahan pantainya.
Adegan kunci itu antara lain pesta para dubes yang rencananya
digelar di Hotel Helnan Palestine. Pesta mewah itu akan dihadiri
sekitar 50-an orang, dengan pemandangan buritan hotel,Mercusuar, serta
laut Alexandria dibalut gemerlap lampu yang luar biasa indahnya. ”Ini
adalah adegan kunci dalam KCB yang bakal dikemas megah,” ujar Dani
Sapawie. Saking pentingnya adegan itu, tim KCB harus dua kali
mengecek lokasi untuk melihat kondisi hotel dimalam hari yang penuh
gemerlap lampu. Disamping hotel ini terdapat juga bekas Istana Raja
Farouk
Lalu adega di Hotel El Haram dinovel KCB, yang oleh tim
dipindahkan ke Sofitel. Sofitel di pilih selain karena desainnya yang
klasik dan kuno masihterjaga, juga karena balkonnya menghadap langsung
ke benteng Qait Bay. Ini adalah adegan pembuka novel KCB saat karakter
utama Khairul Azzam tepekur dibalkon sambil memandangi Qait Bay dan
garis pantai Alexandria.
Dua adegan lainnya adalah di depan PerpustakaanAlexandria dimana
Khairul Azzam dan sopir Pak Ali sedang berjalan danberdiskusi.
Sementara lokasi lainnya, benteng Qait Bay. Hasil hunting di Alexandria
ini cukup menjadikan perdebatan yang sengit dalam pemilihan
lokasiadegan-adegan diatas tersebut antara penulis, sutradara, penulis
novel, danpihak yang mewakili produser, karena banyaknya pilihan
titik-titik yang menarikuntuk dijadikan tempat pengambilan gambar.
Kembali ke Kairo tim hunting mulai evaluasi hasilhunting dan
kemungkinan-kemungkinan bisa atau tidaknya syuting di tempat-tempatyang
telah dikunjungi dan dipilih. Selain itu juga kembali menemui beberapa
PHyang akan dijadikan partner di Kairo ini selam proses syuting nanti.
Termasukdimasa ini meninjau kemungkinan izin-izin di tempat-tempat yang
dipilih,alhamdulillah kelihatannya rata-rata hasilnya menunjukkan hal
yang positif. Apalagidihari terakhir Tim disana saat makan malam
perpisahan dengan Pak Dubes AMFachir beliau kembali menegaskan
dungkungannya terhadap produksi film ini, danbeliau akan membantu
semaksimal mungkin perihal perizinan-perizinan ini.
Dengan hasil yang baik ini tgl 25 April tim hunting film Ketika
CintaBertasbih ini bisa kembali ke tanah air dengan perasaan lega dan
optimis sesuaidengan harapan untuk bisa syuting di Mesir nanti sekitar
bulan Oktober 2008.
sumber : www.filmketikacintabertasbih.com
|